Refleksi – UnioKeuskupanAtambua.com – Teluk Gurita dan Maria – oleh Rm. Dalsi Saunoah, Pr
Di teluk, kita menemukan wajah alam yang paling teduh: pelukan abadi antara darat dan laut. Di sana angin tak sekadar berhembus, tapi mengelus seperti ibu yang meninabobokan anak. Ombak pun tidak hanya menggulung, tetapi berciuman dengan pasir dengan kesetiaan yang menenangkan. Teluk adalah rahim yang terbuka bagi kehidupan; ruang suci tempat ketenangan menjadi kekuatan, dan keteduhan menjadi kehadiran ilahi yang tak bersuara.
Di tengah tenangnya teluk itu, muncul sang makhluk laut yang eksentrik namun puitis—gurita. Ia bukan monster dalam legenda, bukan tokoh dalam film pahlawan super, tetapi guru bisu yang dihadirkan Allah untuk mengajarkan satu hal penting: kekuatan bukan terletak pada tangan, tetapi pada cinta yang tersembunyi dalam jantung. Gurita memiliki tiga jantung, tiga pusat kehidupan dalam satu tubuh. Sebuah simbol alami dari Trinitas Kudus: Bapa, Putra, dan Roh Kudus—tiga pribadi dalam satu hakikat kasih.
Gurita tak menggenggam dengan kekuasaan, ia merengkuh dengan kelembutan. Ia mengajari kita bahwa cinta yang terpusat, yang bersumber dari dalam, mampu menjangkau dan memeluk banyak hal. Sama seperti Maria yang memiliki satu hati, namun dengan itu ia memeluk seluruh dunia.
Maria, Bunda Segala Bangsa
Engkau adalah teluk abadi, tempat kami menemukan ketenangan iman. Di kakimu, surga turun menyentuh bumi. Engkau bukan hanya hamba Allah, tetapi juga permaisuri langit yang bermahkota sebelas bintang, bersinar di malam gelap kehidupan kami. Bintang-bintangmu adalah doa Rosario yang kami gumamkan di tengah deru zaman, dalam keheningan dan dalam harapan.
Bulan Mei bukan hanya soal devosi, tetapi undangan untuk merenung. Kini di Teluk Gurita kami tidak lagi membawa kemenyan atau cendana seperti zaman lampau. Cendana itu telah menjadi sejarah, kisah wangi masa lalu yang pernah harum. Tetapi dari sejarah itu, lahirlah kesadaran baru: bukan harta benda, bukan harum dupa, melainkan persembahan diri seutuhnya.
Bersama Maria, kami mempersembahkan hidup ini kepada tiga jantung Ilahi: Bapa yang menciptakan, Putra yang menebus, dan Roh Kudus yang menguduskan.
Bunda Maria, tuntunlah kami menjadi seperti teluk—tempat damai Tuhan mengalir dan bermuara. Biarlah hati kami menjadi pantai yang setiap hari dicium kasih Allah. Biarlah tubuh kami menjadi wadah cinta Trinitas. Biarlah hidup kami menjadi gurita spiritual yang lembut namun kuat, mencengkeram dunia bukan dengan kekuasaan, tapi dengan cinta kasih yang tak henti memancar.
Selamat memasuki Bulan Maria.
Selamat belajar dari teluk, dari gurita, dan dari Bunda yang tersayang.
Penulis : Rm. Dalmasius Saunoah, Pr – Imam Projo Keuskupan Atambua. Saat ini bertugas di Paroki Lurasik
Editor : Yudel Neno, Pr